MAKASSAR, KOMPAS.com - Pada siang hari, Jalan
Nusantara, Makassar selalu padat dengan aktivitas penumpang dan buruh,
utamanya di kawasan Pelabuhan Internasional Soekarno-Hatta. Namun pada
malam hari, aktivitas tersebut berubah menjadi kerlap-kerlip lampu yang
berasal dari puluhan tempat hiburan malam seperti bar, karaoke, dan pub.
Bersamaan
dengan itu, di sepanjang satu kilometer ruas Jalan Nusantara, berjajar
para wanita pekerja seks komersial (PSK). Setidaknya pemandangan itu
mulai terlihat mulai pukul 20.00 hingga sekitar pukul 02.00 dinihari.
Seolah
kontras dengan jajaran para "kupu-kupu" malam, kendaraan roda dua
maupun roda empat pun berjejer di tepi Jalan Nusantara. Memang, kawasan
ini sudah lama dikenal sebagai pusat wanita penjaja tubuh. Mereka
umumnya nongkrong di warung-warung kaki lima yang berjajar di sana.
Berdasarkan
penelusuran di "lokalisasi" itu, tarif sekali kencan para wanita ini
berkisar antara Rp 175 ribu hingga Rp 250 ribu. Tarif ini pun sudah
termasuk kamar kecil berkasur busa, lengkap dengan pendingin ruangan dan
kamar mandi. Namun, hanya kain gorden yang menutupi pintu kamar-kamar
itu.
Cara "promosi" PSK di warung-warung remang itu kontras dengan
mereka yang kerap kongkow di tempat hiburan malam. Para PSK kelas
hiburan malam ini memajang diri di sebuah tempat khusus. Mereka duduk di
sofa dengan memerkan lekukan tubuh yang hanya dibalut atasan kaos ketat
dan seksi serta rok mini. Jadi, para pria hidung belang tinggal
melihat-lihat untuk memilih PSK yang akan diajak kencan.
"Semalam,
biasanya saya melayani sampai 7 pria hidung belang. Ya, lumayan,
setelah semalaman memuaskan pelanggan, badan terasa pegal-pegal.
Terkadang juga, pria yang saya puaskan biasa memberi tips. Jadi, setelah
menguras tenaga malam hari, siang harinya tidur hingga sore, dan
siap-siap kembali bekerja," aku salah seorang PSK bernama samaran Ayu di
salah satu tempat hiburan malam di Jalan Nusantara, Selasa (06/11/2012)
malam.
Saat ditanya apakah tidak takut tertular penyakit
HIV/AIDS, Ayu mengaku tidak. Sebab, manajemen tempatnya bekerja, sering
memeriksakan kesehatan seluruh karyawannya seminggu sekali. Dokter biasa
datang memeriksa kesehatannya di mess tempatnya beristirahat pada siang
hari. "Jadi, kita sering diperiksa oleh dokter. Biasa juga disuntik
untuk kekebalan dan suntikan antihamil," tambahnya.
Sementara rekan seprofesi Ayu, Siska (nama samaran) mengaku sering di-booking keluar. Untuk booking, tarifnya berbeda. Jika booking di
jam kerja dikenakan tarif oleh managemen tempatnya bekerja, sebesar Rp
500 ribu ke atas. Sedangkan di luar jam kerja, mulai pukul 02.00 sampai
pagi hari, dibanderol Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Jadi tarifnya berbeda-beda, mas. Itupun di luar tanggungan hotel, makan dan lainnya. Belum lagi, biasa ada tips-tips yang diberikan oleh pelanggan," ungkap wanita asal Manado ini.
Sementara
itu, menurut informasi yang diperoleh, PSK dari tempa hiburan di
hotel-hotel, tarif per sekali kencan bisa mencapai Rp 750 ribu hingga
jutaan rupiah semalam.
Di lokasisasi prostitusi sepanjang Jalan
Nusantara, selain tempat hiburan malam, juga terdapat toko kelontongan,
travel dan tempat ibadah. Karenanya, sempat Pemerintah Kota Makassar
mewacanakan akan memindahkan lokalisasi ini ke salah satu pulau di
sekitar Makassar. Hanya saja, wacana yang dilontarkan beberapa tahun
lalu belum terlaksana hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar