Sabtu, 12 Januari 2013

Sebuah Kisah tentang Negeri Slank


Ini kisah tentang negeri Al Biru, negeri damai dan makmur yang jadi porak-poranda akibat ulah orang-orang jahat yang gemar korupsi dan mabuk-mabukan.
"Negeri Al Biru sudah mulai kacau karena tidak seimbang," kata dalang Ki Enthus Susmono membuka konser ulang tahun ke-29 Slank di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Minggu (23/12) lalu.
Ki Enthus lalu memanggil grup Slank dengan lantunan Shalawat. Konser pun dimulai.
Bimbim, Kaka, Ivan, Abdee, dan Ridho langsung menghentak panggung dengan lagu "Pulau Biru", lagu tentang pulau dambaan, untuk para Slankers yang dari berbagai daerah yang memenuhi stadion.
Dalam hajatan konser ulang tahun ini, Slank tampil beda. Mereka menggandeng dalang Ki Enthus Susmono beserta Al Zastrow dan sepanjang konser musik gamelan dari grup Ki Ageng Ganjur.
Ki Enthus, yang dijuluki dalang edan, menyajikan kisah negeri Al Biru, tentang bagaimana Slank membawa perubahan ke negeri itu dan menyebarkan virus baik kepada generasi baru, generasi biru.
Slank pun sengaja memilih lagu-lagu yang memuat pesan kebaikan dalam konser kali ini. "Lagu-lagu yang kami pilih untuk ditampilkan berdasarkan pesan Slank yang mau mengajak orang berbuat lurus dan anti korupsi," ujar Bimbim, sang penabuh drum.
Sebelum konser Slank melakukan kunjungan ke beberapa pesantren dan menanam pohon di lereng Gunung Merapi. Panitia konsernya juga anak-anak pesantren.
Banyak yang menyebut konser ini sebagai "Slank dakwah", kata Bimbim.
Menurut Bimbim, itu membuat Slank lebih mudah mendapat izin untuk melakukan pertunjukkan. "Masa Slank mau dakwah tidak dikasih izin," kata Bimbim.
Slank membawakan sekitar 20 lagu dalam konser itu, termasuk lagu "Virus", "Mars Slankers", "Lo Harus Grak", "Garuda Pancasila", "Generasi Biru", "Orkes Sakit Hati", Tong Kosong", "Kupu Biru", dan "Bang Bang Tut." Puluhan ribu Slankers melebur bersama mereka, menyanyi dan menikmati musik bersama.
Negeri Slank
"Ini adalah Indonesia kecil. Tolong saling menjaga, semua yang di sini adalah teman dan saudara," teriak Kaka, sang vokalis, yang mengenakan jaket bertulisan "29" di bagian belakang.
Ungkapan Kaka itu tidak berlebihan karena malam itu anak-anak muda dari berbagai daerah di Indonesia menyaksikan pertunjukan mereka.
Sejak Minggu (23/12) siang, para Slankers stadion sudah memenuhi sepak bola kebanggaan Yogyakarta.
Mereka bersantai di pinggir jalan sekitar stadion menunggu pesta bermula. Sebagian terlihat mengerubuti beberapa penjual asesoris Slank. Ada yang baru datang, ada yang sudah menginap sejak hari sebelumnya.
Lalu lalang bus, truk, mobil bak terbuka, dan mobil carteran tak berhenti melintas membawa rombongan Slankers yang baru datang.
Kelompok Slankers dari tiap daerah membawa bendera sebagai identitas. Mereka tidak hanya datang dari daerah sekitar Yogyakarta saja, tetapi juga Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara Barat, Tidore, Cikarang, Kranji, Bogor, Karawang, Pati, Brebes, Purwodadi dan masih banyak lagi.
Rombongan lima Slankers dari Majalengka, Jawa Barat, bahkan rela menempuh perjalanan 24 jam dengan menumpang kendaraan beberapa orang. Mereka memberhentikan kendaraan yang mau menampung mereka.
"Tadi kami sampai 15 kali ganti numpang kendaraan," katanya.
Ada juga Slankers yang sengaja ambil cuti kerja atau rela menginap semalaman di pinggir jalan. Mereka semua rela berkorban demi melihat idola mereka. Demi turut merayakan ulang tahun Slank.
Di antara mereka ada Fachrozi Rozi (26 tahun). Meski menggunakan kursi roda ia nekat datang dari tempat asalnya, Bawen, Jawa Tengah, ke Yogyakarta demi menyaksikan Slank.
"Slankers di sini justru membantu saya untuk bertemu dengan personel Slank. Saya bahkan ditempatkan persis di depan panggung agar aman tidak terinjak penonton lain," kata Fachrozi yang bersyukur bisa berfoto bareng Slank dan memberikan demo lagu ciptaannya.
Slank seperti punya negeri sendiri. Mereka punya massa penggemar yang setia setelah 29 tahun berkarya.
"Slank meroket dari nol, tidak seperti anggota dewan sekarang, masih muda sudah menjadi anggota dewan lalu setelah duitnya banyak jadi tidak tahan korupsi," celetuk Ki Enthus menjelang penutupan konser.
Lantunan Shalawat Nabi berkumandang pada akhir konser, setelah Slank membawakan lagu "Kamu Harus Pulang" sambil memotong tumpeng.
Tanpa dikomando, para Slankers menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun". Kembang api yang menghujani langit menambah semarak suasana.
Perjalanan
Slank bermula dari sebuah band bernama Cikini Stones Complex (CSC) yang dibentuk Bimo Setiawan Almachzumi atau Bimbim tahun 1980-an. Band ini menyanyikan lagu-lagu The Rolling Stones.
Bimbim yang bosan membawakan lagu milik orang lain membubarkan CSC tahun 1983 dan membentuk "Red Evil" bersama Denny BDN (Bass), Erwan (Vokal), dan Kiki (Gitar).
Tanggal 26 Desember 1983, saat Denny merayakan ulang tahun di arena bowling Hotel Kartika Chandra Jakarta yanng kini beralihrupa menjadi HardRock, nama band diubah jadi "Slank."
Ide nama "Slank" tercetus dari ocehan kawan - kawan mereka yang kerap menyebut mereka Slenge'an.
Dari masa itu perjalanan Slank bermula. Dalam perjalanan karir musik mereka, Slank mengalami beberapa kali pergantian manajer, dan sekitar 15 kali berganti formasi, bahkan sempat punya beberapa vokalis perempuan.
Formasi ke-13 yang terdiri atas Bongky Marcel (Bongky), Indra Chandra Setiadi (Indra), Parlin Burman (Pay), Kaka dan Bimbim mengawali ketenaran setelah merilis album pertama berjudul "Suit..suit..he..he..(Gadis Sexy) tahun 1990.
Mereka juga pernah terjerat narkoba, yang menyulut perpecahan. Namun Slank bangkit lagi. Mereka tetap bertahan sampai sekarang, terus berusaha menyebar virus perdamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar