Sifat itu ditemukan lewat penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari National Primate Research Center di Emory University di dekat Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Tim ilmuwan dari Georgia University juga terlibat dalam studi itu.
Untuk menguji rasa keadilan, peneliti menggunakan permainan "Ultimatum". Obyek ujinya adalah simpanse dan manusia berusia 2-7 tahun sebagai pembanding.
Permainan yang digunakan menguji rasa keadilan sederhana. Manusia atau simpanse diberi pasangan bermain dan diminta memilih salah satu di antara koin dengan dua warna berbeda. Setiap koin dapat ditukar dengan penghargaan, berupa pisang bagi simpanse dan stiker bagi manusia.
Penghargaan bisa dinikmati setelah simpanse atau manusia memenuhi persyaratan tertentu. Satu warna koin mensyaratkan pembagian yang sama, sementara koin lain menyerahkan penentuan porsi pembagian pada individu.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan pada manusia dan simpanse. Jika pembagian dengan porsi yang sama disyaratkan, maka simpanse akan melakukannya.
"Manusia biasanya menawarkan pembagian merata, seperti 50 persen penghargaan, pada pasangannya, dan itulah yang kami temukan pada studi dengan simpanse," kata Frans de Waal, salah satu peneliti yang terlibat riset ini seperti dikutip AFP, Senin (14/1/2013).
Di sisi lain, ilmuwan juga menemukan keegoisan manusia yang juga dimiliki simpanse. Jika tak ada keharusan berbagi, maka manusia dan simpanse memilih menikmati penghargaan itu sendiri.
Studi ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Studi ini menunjukkan bahwa rasa keadilan pada manusia merupakan hasil evolusi. Simpanse sendiri diduga mengembangkan rasa keadilan dan kerja sama untuk mendukung kesintasannya atau kemampuan terus bertahan hidup di alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar