Minggu, 20 Januari 2013

sejarah dracula

Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang bernama "Dracula", sosok menakutkan tapi juga banyak di gandrungi orang. Sebenarnya Tidak ada yang patut dibanggakan dari tokoh ini. Kenyataannya justru sejarah seperti ingin melupakan dan menghapusnya. Lebih mengenakkan jika mengingat nama Drakula dalam cerita mitos daripada sejarah. Semua itu tentu ada alasannya.



Nama asli Drakula adalah Vlad Tepes, lahir bulan Desember 1431 di benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania atau dikenal dengan Wallachia. Vlad Tepes adalahanak dari Basarab (Vlad II) yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul. Sebutan ini diperoleh karena keanggotaannya dalam orde naga. "Dracul" dalam bahasa Rumania berarti naga, sedangkan "ulea" artinya anak dari. Jadi, Tepes dipanggil dengan nama Draculea atau Dracula yang berarti anak dari sang naga.


Vlad II adalah seorang panglima militer. Sementara istrinya, Cneajna seorang bangsawan dari kerajaan Moldovia. Ketika berumur 11 tahun, Draculea dan adiknya, Radu dikirim ke Turki sebagai jaminan kesetiaan Vlad kepada kerajaan Turki Utsmani. Vlad IIberutang budi kepada Turki Utsmani karena telah membantunya merebut tahta Wallachia dari rivalnya, Janos Hunyadi.

Semenjak kecil Dracula bukan tipe anak manis. Dia kerap mencuri-curi waktu menonton adegan eksekusi mati dan menyiksa binatang sampai mati. Semakin hari bakat psikopatnya semakin terlihat. Dia merasa senang dan puas melihat mayat-mayat tanpa kepala dipancang di alun-alun kota. Hingga pada suatu ketika di Wallachia terjadi gonjang-ganjing politik. Konflik tersebut berujung pada kematian Vlad II dan Mirchea, kakak Dracula, pada 1448 M. Akhirnya Sultan Muhammad II (di Eropa disebut Sultan Mehmed II) mengirimkan Dracula untuk merebut Wallachia kembali dari tangan Janos Hunyadi, sang pemimpin kudeta. Selama berada di Turki, Dracula memang memanfaatkan semua kesempatan yang dia miliki terutama untuk belajar seni berperang. Turki memperlakukan Dracula dengan sangat baik. Dracula tumbuh menjadi pemuda yang cakap dalam berperang. Akhirnya, dengan bantuan 8000 prajurit Turki Utsmani, Dracula berhasil merebut tahta Wallachia. Namun, dari sinilah kejahatannya dimulai. Dracula tidak hanya berkhianat pada Turki, melainkan jaga pada pasukannya. Sama sekali Dracula bukan sosok pemimpin yang baik. Tidak ada satupun kebaikan yang bersemayam di dadanya.




Dua bulan berselang Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia. Akan tetapi, Dracula kembali berkuasa tahun 1456 hingga 1462. Pada masa penerintahannya, Wallachia benar-benar menjadi nerakauntuk orang-orang yang tidak disukai Dracula terutama umat muslim. Julukannya adalah Vlad The Impaler atau Vlad Si Penyula. Dijuluki sebagai penyula karena seringanya dia membunuh dan menyiksa orang-orang dengan cara menyula. Cara ini sangat biadab, orang yang masih hidup ditusuk dengan kayu kira-kira sebesar lengan orang dewasa, kayu itu diruncingkan di bagian ujungnya lalu ditusukkan dari (maaf) pantat ke perut, menembus kerongkongan lalu ke kepala. kemudian orang yang malang itu dipancangkan di tengah lapangan dan mati perlahan-lahan sambil merasakan rasa sakit yang luar biasa. Korban keganasan Dracula ini tidak hanya terjadi pada tawanan perang, tetapi juga pada perempuan, anak-anak, bahkan bayi.

Pada suatu ketika, Dracula pernah mengumpulkan bangsawan dari tuan tanah dalam sebuah jamuan makan. Setelah jamuan tersebut selesai, dia memerintahkan agar semua yang hadir ditangkap. Dia mengincar orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan ayah dan kakaknya. Orang-orang malang itu disiksa dan disula. Tidak hanya itu, Dracula membakar hidup-hidup 400 pelajar Turki yang tengah belajar di Wallachia. Mereka ditangkapi, ditelanjangi, dan diarak keliling kota. Setelah itu mereka dikumpulkan dalam sebuah ruangan dan dibakar hidup-hidup.

Aksi biadab lainnya adalah pembakaran para petani dan fakir miskin yang diundang dalam jamuan makan malam. Ternyata semua itu adalah tipu muslihat. Pada jamuan itu mereka dikumpulkan dalam suatu ruangan, dikunci dari luar, dan ruangan itu dibakar. Orang-orang yang berada di dalamnya habis terpanggang. Keganasan Dracula pada Turki dan Islam semakin menjadi-jadi. Untuk menyambut hari peringatan St. Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu singkat terkumpullah 30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya. Apa yang dilakukan Dracula pada mereka? Tawanan-tawanan itu ditelanjangi lalu digiring menuju lapangan penyulaan. Mereka satu per satu menjemput ajal di tiang sula.

Tidak hanya kejam, Dracula juga licik. Dia memerintahkan meracuni sungai Danube. Ini adalah taktik untuk melumpuhkan pasukan Turki Utsmani yang membangun kubu pertahanan di selatan sungai Danube. Akhirnya, kerajaan Turki tidak tinggal diam. Pada 1462, Sultan Muhammad II mengirimkan 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula, hidup atau mati. Mengetahui rencana tersebut, Dracula menyiapkan skenario penyambutan yang paling kejam. Dia memerintahkan prajuritnya untuk memburu seluruh umat Islam yang tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu tawanan. Mereka ditelanjangi dan digiring menuju tepi sungai Danube. Ini adalah cara penyambutan khas yang memperlihatkan siapa Dracula sebenarnya. Sebanyak 20 ribu tawanan disula. Mayat-mayat tersula tersebut dipancangkan di kiri dan kanan jalan yang membentang sejauh 10 kilometer.

Pemandangan yang memuakkan tersebut sempat menciutkan nyali para pasukan muslim Turki Utsmani. Meskipun demikian, pasukan Dracula berhasil dipukul mundur. Sayangnya, Dracula berhasil melarikan diri ke Hungaria melalui lorong rahasia. Hingga tahun 1475 Wallachia dikuasai Kerajaan Turki Utsmani. Pada rentang waktu itu, Turki berusaha memperbaiki kondisi Wallachia. Mereka berusaha menghapus trauma para penduduknya atas kekejaman Dracula. Namun sepertinya nasib baik belum menaungi Wallachia, Dracula kembali datang dengan disokong pasukan pasukan tentara salib dari Transylvania dan Moldovia. Akhirnya, Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi danau Snagov pada 1476.

Kisah kekejaman Dracula terekam dalam buku berjudul 'Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib' karya Hyphatia Cneajna. korban Hyphatia memperkirakan korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 umat Muslim. Korban-korbannya dibunuh dengan cara-cara yang sangat kejam, ada yang dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, atau disula.


Sepeniggal Dracula dari abad ke abad kisah kekejamannya entah sengaja atau tidak mulai terkaburkan. Pada 1897, terbit sebuah novel yang mengisahkan kehidupan Dracula. Novel tersebut berjudul 'Dracula' yang mengisahkan seorang pahlawan Wallachia bertarung melawan serbuan Kerajaan Turki Utsmani atas wilayahnya (pada periode akhir perang salib). Novel lainnya yang hampir serupa ditulis oleh Elizabeth Kostova berjudul The Historian. Bahkan kemudian muncul film- film yang mengisahkan kepahlawan Dracula seakan akan sejarah seperti ingin melupakan dan menghapus kekejamannya.


Yang lebih menghebohkan lagi Drakula di anggap sebagai pahlawan, atas "jasa-jasanya" Paus di Roma memberikan penghargaan sebagai Pahlawan Besar dari eropa timur karena telah sukses membantai lebih dari 500 ribu umat muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar