Pemerintah kota Lhokseumawe membuat surat edaran terkait larangan
bagi perempuan di sana untuk mengangkang saat dibonceng di atas sepeda
motor. Anjuran itu rencananya akan dibuat ke dalam sebuah peraturan
daerah atau qanun. Lalu, bagaimana tanggapan Raja Dangdut Rhoma
Irama terhadap surat edaran ini?
Dijumpai seusai bertemu dengan
pimpinan MPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa
(8/1/2013), Rhoma tampak hati-hati berbicara. Menurutnya, anjuran itu
menjadi kewenangan penuh Pemerintah Kota Lhokseumawe. "Aceh ini daerah
otonom, daerah istimewa, di mana di sana diberlakukan syariat Islam.
Tentunya pemerintah sana memiliki pertimbangan-pertimbangan yang
dipikirkan sesuai syariat Islam," ujar Rhoma.
Saat ditanyakan
lebih lanjut soal tentangan atas larangan mengangkang, Rhoma tak mau
berkomentar lebih lanjut. "Kita serahkan saja ke masyarakat Aceh dan
pemerintah Aceh untuk mendiskusikannya," imbuh Rhoma.
Diberitakan
sebelumnya, Wali Kota Lhokseumawe Suadi Yahya mengeluarkan surat edaran
yang mengimbau kaum perempuan tidak duduk mengangkang saat dibonceng
sepeda motor. "Alasannya untuk peningkatan dan mendukung syariat Islam
yang telah ada qanun-nya di Aceh," kata Suadi Yahya, Rabu
(2/1/2013) siang, melalui telepon.
Menurutnya, kaum perempuan yang
duduk mengangkang saat dibonceng sepeda motor tidak sesuai dengan
budaya Aceh yang Islami. "Sebenarnya budaya Aceh, bagi perempuan, kalau
duduk di sepeda motor ini tidak boleh mengangkang, budayanya harus duduk
menyamping," ungkap Suadi.
Surat edaran berupa imbauan kepada
warga Lhokseumawe, menurutnya, mulai berlaku sejak Selasa (1/1/2013)
lalu. Sosialisasi pun dilakukan ke kecamatan hingga ke desa-desa. Selama
satu bulan ke depan, Pemerintah Kota Lhokseumawe akan mengevaluasi
sejauh mana efektivitas surat edaran itu berdampak ke masyarakat.
"Kita
lihat perkembangannya, baru setelah itu kita lakukan (dalam) bentuk
aturan seperti aturan wali kota atau membuat qanun," kata
Suadi.
Suadi mengklaim surat edarannya ini didukung masyarakat
Lhokseumawe, setidaknya kalangan ulama di wilayah itu. Menurutnya,
alasan yang berkembang di kalangan ulama Lhokseumawe menyebutkan, jika
kaum perempuan duduk tidak mengangkang saat dibonceng sepeda motor, maka
karakter perempuannya terlihat.
"Kalau duduk mengangkang, itu kayak
lelaki, kalau dilihat dari samping. Tapi kalau duduk menyamping,
ciri khasnya terlihat kalau itu perempuan," ungkap Suadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar